Arkeoastronomi Diberbagai Belahan Dunia – Membahas arkeoastronomi adalah hal yang cukup menarik perhatian. Arkeoastronomi sendiri adalah sebuah perpaduan dua ilmu antara ilmu astronomi dan beberapa ilmu sosial dimana ilmu tersebut bersama – sama mencari hubungan antara kebudayaan masa lampau dengan benda langit. Arkeoastronomi memang cukup menarik karena setiap tempat memiliki kajiannya masing – masing.
Arkeoastronomi bisa ditemukan diberbagai tempat di belahan dunia. Masing – masing tempat memiliki penjelasannya lebih detail terkait arkeoastronomi tersebut. Arkeoastronomi memang sering disalah artikan sebagai ilmu yang mengkaji peninggalan berserjarah saja. Namun sebenarnya isi dari arkeoastronomi adalah pembahasan lebih detail seperti pengkajian tradisi, nilai dan berbagai praktik dibidang kebudayaan yang dihubungkan dengan fenomena atau benda yang ada di langit.
Ada tiga ilmu yang berhubungan dengan arkeoastronomi yakni Astroarkeologi, Astronomi dan Etnoastronomi. Setiap ilmu tersebut memiliki pesan yang penting untuk menghasilkan kajian yang lebih detail terkait arkeoastronomi. Ilamu arkeoastronomi bahkan dianggap sebagai kajian ilmu yang terbaru. Walaupun merupakan ilmu baru, kajian yang dihasilkan ilmu arkeoastronomi telah dilakukan para peneliti terdahulu. Berikut ini ada berbagai bentuk arkeoastronomi yang ada di seluruh belahan dunia.
1. Kebudayan Afrika
Para peneliti telah menemukan indikasi hubungan kebudayaan dan astronomi dibeberapa wilayah yang ada di Benua Afrika seperti Mali, Nigeria, Ethiopia dan beberapa wilayah lainnya. Mesir kuno terkenal dengan berbagai peninggalannya yang cukup menakjubkan. Berbagai peninggalan ditemukan seperti lukisan, bangunan, ritual, kalender dan masih ada banyak peninggalan lainnya.
Melalui peninggalan yang ada di Mesir kuno tersebut, bisa disimpulkan bahwa melalui berbagai peninggalan tersebut, proses penciptaan alam bisa dijelaskan secara detail. Paling menarik dari arkeoastronomi yang ada di Mesir kuno ini adalah adanya peninggalan kalender dimana disusun rapi. Kalender dengan isi 12 bulan, 30 hari dan tambahan 5 hari disetiap akhir tahun dimana total akhir ada 365 hari.
Para peniliti juga mengkaji kebudayaan yang ada di Afrika tersebut telah menggunakan penanda musim dengan cukup baik. Kebudayaan masa lampau di Afrika ini menggunakan titik balik matahari, penampakan bima sakti, dan bintang sebagai penanda musim. Selain itu kebudayaan yang ada di Afrika juga kaya akan pengetahuan, mitologi, simbol, dan ritual yang memiliki hubungan antara fenoma beda disekitarnya.
2. Kebudayaan Eropa
Arkeoastronomi juga menjelasakan hubungannya dengan kebudayaan Eropa. Sama dengan kebudayaan di Afrika, kebudayaan Eropa juga menggunakan benda langit untuk mengetahui kebudayaan yang mereka miliki. Seperti contohnya di Eropa Barat bisa temukan pemakaman kuno yang terletak di semenanjung Iberia dimana pemakaman tersebut hubungan dengan terbit dan tenggelamnya matahari.
Sedangkan di bagian Eropa Tengah, para pengkaji bisa menemukan berbagai ornament yang dibuhungkan dengan berbagai benda langit seperti matahari, bulan dan bintang. Fenomena benda langit tersebut ada hubungannya dengan benda yang diproduksi masyarakat di wilayah tersebut. Ada sebuah artefak paling bersejarah yang bisa ditemukan di wilayah Eropa Tengah ini yakni berupa Piringan Langit Nebra. Piringan yang ditemukan tersebut terbuat dari bahan perunggu. Berbagai piringan tersebut dihiasi dengan berbagai isi langit seperti matahari, bulan dan bintang. Setiap hiasan tersebut ternyata memiliki maknanya tersendiri.
3. Kebudayaan Asia Timur
Beberapa kebudayaan masa lampau yang ada di Asia Timur juga memiliki hubungan dengan fenomena yang ada di langit. Beberapa wilayah yang ada di Asia Timur seperti Tiongkok, Jepang dan Korea memiliki berbagai budaya yang berhubungan dengan benda langit. Fenomena langit paling mudah dijadikan sebagai dasar untuk menciptakan sebuah kebudayaan baru. Seperti halnya kebudayaan yang ada di Tingkok pernah membuat ornamen astronomis tentang benda langit seperti bulan, bintang dan matahari. Ornamen yang dibuat Tingkok pada saat itu adalah berupa gerabah.
Sedangkan untuk mengetahui pergantian musimnya, kebudayaan masa lampau di Tiongkok menggunakan titik balik matahari. Titik balik matahari ini menjadi penandaan paling mudah untuk mengetahui pergantian musim. Tidak hanya ditemukan berbagai ornamen saja. Kebudayaan Tiongkok masa lampau juga memiliki sederet ornamen seni dan ritual tertentu. Masih ada banyak arkeoastronomi yang bisa ditemukan di wilayah – wilayah Asia Timur selain Tiongkok.
4. Kebudayaan Oseania
Oseania memiliki jangkauan wilayah yang cukup luas seperti Australia, Hawai, Selandia Baru dan beberapa kepulauan yang ada di Samudra Hindia dan Pasifik. Luasnya jangkuan tersebut membuat kebudayaan di wilayah tersebut sangat beragam. Seperti contohnya kebudayaan masa lampau yang ada di Suku Aborigin Australia. Suku ini juga menggunakan fenomena langit untuk melakukan ritual tertentu dan membuat kalender. Ritual dan kalender di suku ini sangat membantu kegiatan masyarakat sekitar.
Suku Aborigin juga memiliki sebuah kepercayaan bahwa langit adalah tempat bersemanyamnnya para leluhur. Melalui fenomena langit tersebut para Suku Aborigin mampu menjelaskan fenomena langit secara mendetail. Selain Suku Aborigin Australia, masih ada banyak wilayah Oseania lainnya yang menjadikan fenomena langit sebagai penentu waktu, ritual dan berbagai aktivitas lainnya.
Beberapa bentuk arkeoastronomi yang ada di belahan dunia tersebut semakin menyakinkan bahwa ada hubungan antara kebudayaan masa lampau dengan fenomena benda di langit. Kebudayaan masa lampu menggunakan benda langit sebagai alat menentukan waktu mulai dari membuat kalender, pergantian musim, ritual dan berbagai kegiatan yang lain. Ilmu arkeoastronomi mengkaji lebih deital terkait kebudayaan masa lampau yang ada di berbagai wilayah di dunia. Hampir semua kebudayaan lampau yang ditemukan di berbagai belahan dunia ada hubungannya dengan fenomena benda langit.